Ngelosari, 17 Februari 2025 – Rumah Pak Dukuh Ngelosari menjadi pusat pembelajaran dan inovasi ketika SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap berkolaborasi dengan Pusat Riset Teknologi Proses dan Produk (PRTPP) BRIN dalam Workshop “Optimalisasi Tanaman Rempah sebagai Obat Herbal: Inovasi & Peluang Ekonomi”. Kegiatan yang menghadirkan Dr. Sri Handayani, M.Si ini menjadi wadah bagi murid dan warga untuk lebih memahami potensi besar rempah Nusantara, tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan.
Dalam pemaparannya, Dr. Sri Handayani menekankan bahwa Indonesia memiliki keberagaman hayati yang luar biasa, termasuk dalam hal tanaman rempah. Mulai dari jahe, kunyit, temulawak, hingga sambiloto, tanaman-tanaman ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Namun, di era modern, pemanfaatannya tidak bisa berhenti hanya sebagai ramuan turun-temurun. Pengolahan yang tepat, riset ilmiah, serta strategi pemasaran yang kuat diperlukan agar produk herbal Indonesia dapat bersaing di pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional.
Sejak tahun 2015, warga Dukuh Ngelosari melalui kader kesehatan telah mengembangkan Program Tanaman Obat Keluarga (Toga) sebagai bagian dari upaya membangun dusun yang sehat dan mandiri. Program ini menjadi contoh bagaimana masyarakat berupaya mengoptimalkan sumber daya alam yang ada untuk kebutuhan kesehatan sehari-hari. Namun, meski program ini telah berjalan cukup lama, masih ada tantangan yang dihadapi, terutama dalam pengolahan dan pemasaran produk herbal agar memiliki nilai jual tinggi dan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan.
Melalui workshop ini, murid SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap tidak hanya hadir sebagai peserta pasif, tetapi juga turut aktif dalam diskusi, menyerap ilmu tentang teknik pengolahan rempah menjadi produk herbal yang lebih inovatif, seperti minyak atsiri, ekstrak jamu, hingga kapsul herbal. Mereka menyadari bahwa inovasi dalam pemanfaatan rempah tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang besar. Dengan pendekatan yang lebih modern, seperti pemanfaatan teknologi dalam proses produksi dan pemasaran digital, produk herbal lokal dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Warga Dukuh Ngelosari pun menyambut antusias kehadiran murid-murid SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap yang membawa perspektif baru dalam mengembangkan produk herbal. Mereka melihat bagaimana generasi muda dapat berkontribusi dalam membawa tradisi lokal ke level yang lebih maju melalui pendekatan berbasis teknologi dan strategi pemasaran yang lebih modern.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pendidikan tidak harus selalu berada dalam ruang kelas. Melalui interaksi langsung dengan masyarakat dan pakar di bidangnya, murid SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap belajar bahwa ilmu yang mereka dapatkan di sekolah dapat diterapkan untuk memberi manfaat nyata bagi lingkungan sekitar. Tidak hanya itu, pengalaman ini juga menanamkan kesadaran bahwa menjadi seorang pembelajar bukan hanya tentang memahami teori, tetapi juga bagaimana mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya workshop ini, diharapkan semakin banyak kolaborasi antara akademisi, sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal menjadi inovasi yang berdaya saing. Murid-murid SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap pun pulang dengan pemahaman baru bahwa mereka memiliki peran dalam melestarikan sekaligus mengembangkan warisan Nusantara untuk masa depan yang lebih baik. (SN)
